Trump Naikkan Tariff China 125%, Indonesia Malah Untung?

tariff China

Cryptodewa.com – Per 9 April, dunia kembali dikejutkan oleh langkah Donald Trump yang menaikkan tariff China impor barang dari China hingga 125%. Namun, ada kabar baik bagi kita di Indonesia: tariff impor justru diturunkan menjadi hanya 10% untuk 90 hari ke depan. Apa makna dari kebijakan ini bagi Indonesia? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap investasi?

tariff China

Dampak Langsung: Saham Indonesia Naik!

Kabar penurunan tariff China ini disambut positif oleh pasar modal. Per 10 April, saham-saham besar di Indonesia melonjak naik, bahkan mengalami gap up. Ini memberi harapan baru, terutama bagi investor yang tengah mencari peluang di tengah gejolak global.

Perang Dagang Amerika vs China: Siapa Lebih Butuh Siapa?

Ekspor China Paling Besar ke ASEAN

Data menunjukkan bahwa ekspor terbesar China bukan ke Amerika, tapi ke:

  • ASEAN: 15,8%
  • Uni Eropa: 14,9%
  • Amerika Serikat: 14,7%

Impor Amerika dari China

Sementara itu, Amerika paling banyak mengimpor dari:

  • Meksiko: 15,7%
  • Uni Eropa: 15,1%
  • Kanada: 13,4%
  • China: 13,3%

Kesimpulannya? China tidak terlalu bergantung pada AS, justru sebaliknya, AS lebih bergantung pada China.

Barang-Barang Kunci Impor Amerika dari China

  1. Komponen Elektronik & Semikonduktor

Termasuk PCB, kabel, sensor, resistor. Sulit diganti dan sangat murah di China.

  1. Baterai dan Komponen EV

China menguasai 75% manufaktur baterai dunia.

  1. Rare Earth Elements (REE)

China memproduksi lebih dari 85% magnet permanen dunia, vital untuk militer dan teknologi.

  1. Produk Konsumen Murah

Mainan, tekstil, alat rumah tangga. Produksi negara lain belum bisa menyaingi efisiensi China.

  1. Bahan Baku Obat

Sekitar 80-90% bahan aktif obat di AS berasal dari China atau India (yang juga bergantung pada China).

  1. Produk Teknologi Rakitan

Brand seperti Apple, Dell, dan Lenovo masih merakit produknya di pabrik China.

  1. Mesin dan Komponen Industri

UKM dan pabrik di AS sangat tergantung pada alat dari China.

Catatan penting: Secara teknis, AS bisa memproduksi sendiri, tapi dari segi biaya dan efisiensi, China masih unggul jauh.

Apakah China Akan Pindah Produksi ke Indonesia?

Dengan meningkatnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan China, muncul pertanyaan besar: apakah perusahaan-perusahaan China akan mulai memindahkan produksinya ke negara lain seperti Indonesia? Terlebih, tarif untuk Indonesia diturunkan menjadi 10% saja, yang sekilas terlihat sangat menguntungkan. Namun, realitanya tidak semudah itu.

Meskipun Indonesia memiliki potensi besar—dari segi jumlah penduduk, pasar yang luas, hingga biaya tenaga kerja yang relatif rendah—ada sejumlah tantangan mendasar yang membuat investor asing berpikir dua kali. Salah satunya adalah birokrasi yang rumit dan lambat. Proses perizinan sering berubah, tidak transparan, dan memakan waktu panjang, yang tentu tidak ideal bagi dunia bisnis yang butuh kepastian.

Selain itu, infrastruktur di luar kota-kota besar masih tertinggal jauh. Masalah seperti logistik, ketersediaan listrik, dan internet menjadi kendala nyata. Belum lagi isu ketidakpastian regulasi, korupsi, dan lemahnya penegakan hukum yang membuat investasi menjadi berisiko.

Sementara itu, Vietnam sudah lebih dulu berbenah dan kini menjadi pilihan utama perusahaan-perusahaan global sebagai alternatif dari China. Maka dari itu, jika Indonesia ingin menjadi pemain utama di rantai pasok global, perbaikan serius di berbagai sektor mutlak diperlukan.


Kelemahan Indonesia:

  • Birokrasi rumit & lambat
  • Perizinan berbelit dan sering berubah
  • Korupsi dan pungli masih terjadi
  • Infrastruktur belum merata
  • Tenaga kerja belum cukup terampil
  • Ketidakpastian hukum dan perpajakan

Vietnam Jadi Alternatif Utama

Sementara itu, Vietnam lebih unggul dengan:

  • Pemerintah pro-investor
  • Infrastruktur kawasan industri yang siap pakai
  • Pertumbuhan GDP stabil di atas 6%
  • Banyak perjanjian dagang seperti CPTPP, RCEP, FTA, dan perjanjian dengan Eropa
  • Tariff impor ke banyak negara bahkan bisa 0%

Apa yang Bisa Dilakukan Investor Indonesia?

  1. Tetap Pegang Cash

Walau pasar saham naik, volatilitas masih tinggi karena masa jabatan Trump masih panjang.

  1. Investasi Bertahap dan Diversifikasi
  • Deposito
  • Obligasi negara
  • Emas → Tapi hati-hati, karena harganya sudah tinggi. Lebih baik masuk secara bertahap (DCA).
  1. Coba Saham Amerika & China yang Diskon
  • Magnificent 7
  • Saham China atau emas lewat strategi fundamental dan teknikal

Belajar Lebih Dalam Sebelum Investasi

Sebelum benar-benar terjun ke dunia investasi—apalagi di tengah situasi global yang penuh ketidakpastian seperti sekarang—pengetahuan adalah kunci utama. Banyak orang tergiur melihat saham-saham naik drastis atau harga emas melonjak, tapi tanpa pemahaman yang kuat, keputusan yang diambil bisa malah merugikan.

Buat kamu yang masih baru, penting banget untuk memahami fundamental seperti cara membaca laporan keuangan, analisa pasar, tren ekonomi global, serta strategi investasi jangka panjang. Kamu bisa mulai dengan mengikuti program seperti MVS (Market Value Strategy) yang mengajarkan prinsip-prinsip investasi dari dasar, termasuk manajemen risiko, analisis emiten, dan strategi akumulasi.

Untuk kamu yang tertarik ke dunia trading—baik itu saham Indonesia, saham luar negeri, crypto, maupun komoditas seperti emas—kelas seperti MTE Academy bisa jadi pilihan. Program ini lebih fokus ke teknikal dan strategi masuk-keluar pasar dengan presisi, termasuk penggunaan indikator dan manajemen modal.

Kalau waktu kamu terbatas, bisa juga mulai dari kelas kilat 2 jam seperti MVS Start atau MTrade Start untuk dapat gambaran dasar. Yang penting, jangan hanya siap duitnya—siapkan juga ilmunya. Karena dalam dunia investasi, yang siap ilmunya biasanya yang paling tahan banting.

Baca Juga :

Indonesia Punya Peluang, Tapi Harus Serius

Kebijakan tariff China baru Donald Trump memang memperburuk relasi dengan China, tapi membuka peluang bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Sayangnya, untuk bisa menjadi magnet investasi global seperti Vietnam, Indonesia masih harus berbenah.

Peluang ada, tapi harus disiapkan dengan serius—baik dari sisi regulasi, infrastruktur, maupun sumber daya manusia.

FAQ

Q: Apakah benar Amerika lebih tergantung pada tariff China?
A: Ya. Banyak sektor penting seperti elektronik, obat, dan EV masih sangat bergantung pada impor dari China.

Q: Apa yang bisa dilakukan investor saat ini?
A: Diversifikasi, pegang cash, dan jangan buru-buru masuk ke aset yang sudah naik tinggi seperti emas.

Q: Apakah Indonesia bisa menggantikan posisi China?
A: Masih sulit, karena birokrasi dan infrastruktur belum seefisien Vietnam atau China.

Disclaimer

Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan informasi. Bukan merupakan ajakan membeli atau menjual instrumen keuangan tertentu. Selalu lakukan riset dan konsultasi sebelum membuat keputusan investasi.