Cryptodewa.com – Pasar kripto kembali bergejolak, dan Bitcoin turun cukup signifikan dalam beberapa jam terakhir. Apakah ini pertanda awal dari koreksi besar? Atau justru peluang untuk buy on dip? Yuk, kita bahas. Pada Senin dini hari, Bitcoin mengalami penurunan tajam hingga menyentuh area sekitar Rp98.300, menembus zona kosong yang sebelumnya telah diantisipasi dalam analisis volume profile. Area ini merupakan titik dengan volume transaksi rendah, yang sering kali menjadi target likuiditas oleh pasar besar.
Antisipasi Koreksi Lewat Teknik Volume Profile
Dalam live streaming sebelumnya, telah dibahas pentingnya memperhatikan zona dengan volume rendah. Alasannya sederhana: zona ini menyimpan order yang belum tereksekusi. Ketika harga menyentuh zona tersebut, reaksi pasar bisa sangat kuat, seperti yang kita lihat saat ini.
Analisis Bitcoin Hari Ini: Pola Korektif, Geopolitik, dan Sinyal Penurunan Lanjutan
Pergerakan Bitcoin dalam beberapa hari terakhir kembali menunjukkan dinamika teknikal yang kompleks. Penurunan harga yang cukup signifikan bukan hanya sekadar koreksi teknikal biasa, tetapi mengindikasikan sesuatu yang lebih dalam ketika dikaitkan dengan pola pergerakan pasar dan sentimen global. Artikel ini akan membahas empat aspek penting yang memengaruhi arah Bitcoin saat ini: pola korektif ABC, pola teknikal falling wedge, eskalasi geopolitik, dan prediksi jangka pendek berdasarkan struktur harga.
Konfirmasi Pola Korektif ABC
Dalam konteks analisis teknikal, penurunan yang terjadi akhir-akhir ini sangat selaras dengan teori Elliott Wave, khususnya dalam formasi ABC corrective wave. Formasi ini terdiri dari tiga gelombang utama—A sebagai penurunan pertama, B sebagai retracement atau pantulan, dan C sebagai kelanjutan penurunan yang biasanya lebih dalam. Pola ini muncul saat pasar sedang mengalami koreksi dalam tren yang lebih besar.
Koreksi ini bukanlah kejutan bagi trader teknikal yang mengikuti perkembangan sejak awal Juni. Banyak analis sudah mengantisipasi potensi koreksi ini berdasarkan pembacaan struktur sebelumnya. Fakta bahwa harga bergerak mengikuti pola yang cukup textbook ini memperkuat argumen bahwa Bitcoin masih berada dalam fase konsolidasi atau retracement, bukan dalam tren naik (bullish trend) penuh. Ini penting untuk diketahui agar investor tidak terjebak dalam euforia sesaat dan tetap bersikap realistis terhadap potensi pergerakan harga.
Reaksi Market: Konsolidasi atau Breakdown?
Setelah menyentuh titik harga terendah di sekitar Rp98.000, pasar sempat menunjukkan rebound teknikal yang cukup sehat. Namun, tekanan jual masih sangat terasa, terutama pada sesi perdagangan Asia hingga New York. Salah satu formasi teknikal yang terbentuk dalam situasi ini adalah falling wedge, sebuah pola konsolidasi yang kerap muncul saat pasar mencoba menstabilkan diri setelah penurunan tajam.
Meskipun pola falling wedge sering kali menjadi sinyal bullish ketika berhasil break ke atas, dalam konteks ini kita belum bisa menarik kesimpulan prematur. Kenyataannya, jika harga gagal menembus batas atas dari wedge ini, maka besar kemungkinan akan terjadi breakdown lanjutan, mengarah ke support-support yang lebih dalam.
Sentimen Geopolitik: AS dan Iran Jadi Faktor Tekanan
Di luar faktor teknikal, geopolitik menjadi salah satu pendorong utama kekhawatiran pasar global saat ini. Serangan balik Iran terhadap pangkalan militer Amerika Serikat, termasuk yang berada di Qatar, membuat situasi menjadi semakin tidak menentu. Ketegangan ini tidak hanya berdampak pada aset tradisional seperti saham dan minyak, tetapi juga mulai terasa pada kripto seperti Bitcoin.
Bitcoin yang dulunya disebut sebagai “digital gold” atau tempat berlindung saat krisis, kini justru lebih sering bergerak selaras dengan indeks saham dan aset berisiko. Artinya, saat pasar global takut, investor juga menjual aset kripto untuk mencari likuiditas atau beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti USD.
Prediksi Jangka Pendek: Masih Ada Potensi Penurunan
Meskipun sempat terjadi pantulan harga dari zona likuiditas bawah, struktur mingguan masih memperlihatkan sinyal bearish. Rejection yang sangat jelas terjadi di area Rp107.000, sebuah zona resistance yang sejauh ini belum bisa ditembus dengan volume kuat. Candle mingguan yang terbentuk menunjukkan tekanan jual masih mendominasi.
Selama Bitcoin belum berhasil menembus area tersebut, maka skenario penurunan masih terbuka. Potensi retest ke support di bawah Rp100.000 sangat mungkin terjadi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, para trader dan investor sebaiknya tetap menjaga kehati-hatian, menunggu konfirmasi teknikal yang jelas, dan tidak tergesa-gesa mengambil keputusan beli hanya karena melihat pantulan jangka pendek.
Struktur Harga dan Validasi Zona POI (Point of Interest)
Pada time frame hourly, ada struktur konsolidasi yang signifikan. Zona ini jadi acuan penting karena menunjukkan pertarungan kuat antara buyer dan seller sebelumnya. Penolakan harga dari zona ini memperkuat asumsi bahwa masih banyak tekanan jual yang aktif di area tersebut.
Faktor Makroekonomi: FOMC dan Jerome Powell
Faktor lain yang turut diperhatikan adalah testimoni dari Jerome Powell yang dijadwalkan hadir pada Rabu malam. Meski secara historis ia cenderung hawkish (keras terhadap inflasi), pasar tetap akan mencari clue dari pernyataannya. Namun saat ini, FOMC belum cukup jadi katalis bullish.
Bitcoin dan Korelasi dengan Sentimen Global
Bitcoin yang awalnya dianggap safe haven, justru kembali menunjukkan korelasinya dengan indeks saham saat geopolitik memanas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi ekstrem, investor masih menghindari risiko dan beralih ke aset yang lebih aman seperti emas atau USD.
Apa yang Harus Dilakukan Sekarang?
-
Jangan panik, karena ini adalah bagian dari siklus market.
-
Tetap pantau level penting seperti Rp102.000 – Rp103.000 dan Rp105.000 – Rp106.000.
-
Perhatikan potensi reaksi pasar terhadap berita baru, terutama dari konflik geopolitik.
-
Gunakan pendekatan berbasis struktur harga, bukan spekulasi semata.
Berita Terkait :
- Kejatuhan Pump.Fun dan Awal Crackdown Besar Dunia Kripto
- Trading: Dari Kompetisi Gratis Hingga Memahami Leverage
FAQ: Pertanyaan Seputar Pergerakan Bitcoin Hari Ini
1. Kenapa harga Bitcoin bisa turun drastis?
Penurunan ini terjadi akibat kombinasi dari tekanan teknikal (zona volume rendah), reaksi terhadap pola ABC wave, serta sentimen negatif dari ketegangan geopolitik global.
2. Apakah ini saat yang tepat untuk beli?
Masih terlalu dini untuk memastikan. Selama belum ada konfirmasi break dari zona resistance kuat, potensi penurunan masih ada.
3. Apakah Jerome Powell akan memengaruhi harga Bitcoin?
Bisa jadi, tergantung pernyataan yang ia sampaikan terkait kebijakan suku bunga dan proyeksi ekonomi AS. Namun secara umum, sentimen perang lebih dominan untuk saat ini.
4. Apakah ini fase konsolidasi atau koreksi dalam tren naik?
Melihat struktur yang ada, ini lebih ke fase koreksi dalam jangka menengah, bukan konsolidasi menuju bull run.
5. Apakah Bitcoin masih bisa bullish tahun ini?
Potensi tetap ada, namun perlu penurunan tensi global dan munculnya katalis positif baru. Tanpa itu, kita berpotensi stuck di fase sideways.
Pergerakan Bitcoin dalam beberapa hari terakhir memberikan kita pelajaran penting: antisipasi lebih penting dari prediksi. Dengan memahami struktur pasar, zona volume, serta pengaruh sentimen global, kita bisa lebih siap menghadapi setiap kondisi yang muncul. Untuk saat ini, tetap tenang, tetap rasional, dan ikuti struktur pasar. Jangan terlalu cepat ambil kesimpulan.