Cerita Dimulai: Warung Bakso Sukses Besar
Bayangkan kamu dan temanmu, Budi, memiliki sebuah warung bakso di pinggir jalan. Kalian berdua patungan modal awal sebesar Rp100 juta: kamu menyumbang Rp60 juta, Budi Rp40 juta. Artinya, kamu punya 60% saham, dan Budi punya 40% saham dari usaha tersebut.
Bisnis kalian laris manis—dalam sehari bisa menjual ratusan porsi. Karena warung ini makin ramai, kalian berniat ekspansi. Ada kios kosong di sebelah yang bisa dibeli untuk memperluas warung dan menambah meja kursi. Total biaya ekspansi: Rp100 juta.
Masalahnya, baik kamu maupun Budi saat itu tidak punya cukup uang untuk ekspansi.
Solusi: Tambah Modal Tapi Bukan dari Bank
Alih-alih pinjam ke bank (karena takut bunga tinggi), kalian putuskan untuk menambah modal dengan cara patungan lagi. Karena kamu pemilik 60%, maka harus menyumbang Rp60 juta. Budi yang punya 40% menyumbang Rp40 juta.
Tapi bagaimana jika salah satu dari kalian tak bisa menyetor uang tambahan? Misalnya, kamu yang menyumbang Rp100 juta sendiri. Maka tentu saja kamu akan menuntut porsi kepemilikan saham lebih besar, bukan?
Lahirlah Konsep Right Issue
Di sinilah konsep right issue masuk. Dalam dunia pasar modal, right issue adalah proses perusahaan menerbitkan saham baru, lalu memberikan hak istimewa kepada pemegang saham lama untuk membeli saham tersebut lebih dulu sebelum dijual ke publik.
Jadi, sebagai pemegang saham lama, kamu dan Budi punya hak terlebih dahulu untuk membeli saham tambahan tersebut, agar proporsi kepemilikan kalian tidak terdilusi.
Contoh Skenario Right Issue
Misalnya, sebelumnya warung bakso kalian punya 1.000 lembar saham:
-
Kamu punya 600 lembar (60%)
-
Budi punya 400 lembar (40%)
Untuk ekspansi, kalian perlu menambah 500 lembar saham baru dan menawarkannya dengan harga Rp200.000 per lembar agar bisa terkumpul Rp100 juta tambahan modal.
Idealnya, kamu beli 300 lembar baru dan Budi 200 lembar agar proporsi saham tetap sama. Tapi kalau kalian tidak beli saham baru tersebut, maka saham ini bisa dibeli oleh orang lain—sebut saja Charlie.
Jika Charlie membeli seluruh 500 lembar saham baru itu, maka total saham menjadi 1.500 lembar:
-
Kamu tetap punya 600 lembar (tapi proporsinya turun jadi 40%)
-
Budi tetap punya 400 lembar (proporsinya turun jadi 26,7%)
-
Charlie punya 500 lembar (33,3%)
Dilusi Saham: Apa dan Kenapa?
Inilah yang disebut dilusi kepemilikan. Ketika kamu tidak menggunakan hakmu untuk membeli saham tambahan yang ditawarkan saat right issue, maka proporsi kepemilikanmu akan berkurang. Tapi di sisi lain, perusahaan tetap mendapatkan dana segar dari pihak luar.
Right issue bukan hal buruk, karena kamu dan Budi tetap pemilik bisnis dan sekarang punya tambahan dana untuk ekspansi. Charlie pun dapat porsi kepemilikan karena ia menyuntikkan modal ke dalam usaha.
Tujuan Perusahaan Melakukan Right Issue
Ada beberapa tujuan umum kenapa perusahaan melakukan ini:
-
Ekspansi Usaha
Contoh: beli kios baru, tambah cabang, atau beli mesin produksi. -
Bayar Utang
Beberapa perusahaan menerbitkan saham baru untuk menutup beban utang yang menumpuk. -
Modal Kerja Tambahan
Agar operasional perusahaan bisa tetap berjalan lancar.
Risiko
Jika kamu sebagai pemegang saham lama tidak menggunakan hak beli saham baru, maka porsi kepemilikanmu akan turun. Selain itu, jika saham baru dijual dengan harga lebih rendah dari harga pasar, bisa menekan harga saham lama.
Namun, jika dana hasil right issue digunakan dengan baik untuk mengembangkan bisnis, maka ini bisa berdampak positif ke harga saham dan prospek perusahaan ke depan.
Bonus: Apa Itu Private Placement?
Sebagai tambahan, ada satu istilah yang mirip dengan ini yaitu private placement. Bedanya, jika ini ditawarkan terlebih dahulu ke pemegang saham lama, maka private placement langsung dijual ke investor tertentu tanpa memberi kesempatan ke pemegang saham lama.
Biasanya private placement digunakan oleh perusahaan yang sedang butuh modal cepat, misalnya startup yang butuh dana Rp10 miliar dan menawarkan 10% saham kepada satu investor besar saja.
Right issue adalah hal wajar yang terjadi di dunia pasar modal. Sebagai pemegang saham, kamu wajib tahu kenapa perusahaan melakukan right issue dan apa rencana penggunaan dananya. Jika digunakan untuk ekspansi dan pertumbuhan, maka ini bisa jadi peluang. Tapi kalau tujuannya cuma untuk menutup utang dan tidak ada rencana bisnis yang jelas, maka kamu patut berhati-hati.
Inti dari Right Issue:
-
Penerbitan saham baru
-
Pemegang saham lama diberi hak istimewa beli duluan
-
Tujuan bisa untuk ekspansi atau menutup beban utang
-
Jika tidak ditebus, kepemilikan akan terdilusi
Baca Juga :
- Aturan 1% dalam Trading: Kunci Bertahan Lama di Pasar
- Pasar Kripto: Hubungan AS–China | Analisis Pasar Kripto Terkini
FAQ Seputar Right Issue
1. Apa itu right issue dalam saham?
Right issue adalah proses ketika perusahaan menerbitkan saham baru dan memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham tersebut terlebih dahulu sebelum ditawarkan ke publik.
2. Apa tujuannya?
Tujuan ini bisa bermacam-macam, antara lain:
-
Menambah modal untuk ekspansi bisnis
-
Menutup utang perusahaan
-
Menambah modal kerja
3. Apa yang terjadi jika saya tidak menebus right issue?
Jika kamu tidak menggunakan hakmu membeli saham baru saat ini, maka persentase kepemilikan saham kamu akan terdilusi (berkurang) karena saham baru akan dibeli oleh investor lain.
4. Apakah ini selalu berdampak negatif?
Tidak. Jika dana hasil ini digunakan untuk kegiatan produktif seperti ekspansi atau peningkatan kinerja, maka ini justru bisa berdampak positif bagi harga saham dan masa depan perusahaan.
5. Apakah semua investor bisa ikut right issue?
Hanya pemegang saham yang tercatat saat tanggal cum-right yang bisa memperoleh hak right issue. Jika kamu beli saham setelah tanggal tersebut, kamu tidak mendapat hak tebus.
Disclaimer
Artikel ini bertujuan untuk edukasi dan pengetahuan umum. Semua informasi disajikan dengan analogi untuk memudahkan pemahaman konsep, dan bukan merupakan ajakan atau rekomendasi untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing investor. Selalu lakukan riset mendalam dan konsultasi profesional sebelum mengambil keputusan keuangan.